Selasa, 28 Januari 2014

sudahlah

Posted by Unknown at 16.19
Aku menulis ini ketika aku sadar tak akan ada yang bisa dikembalikan seperti dulu lagi. Aku menulis ini ketika aku berpikir bahwa kamu memang tak pernah menginginkanku sejak dulu. Rendahnya kepekaanku membuatku jatuh terlalu dalam pada sebuah perasaan yang tak semestinya.

Aku mulai mencintaimu, mulai membiasakan diri ada kehadiranmu, dan mulai percaya yang kaurasakan juga cinta. Setiap kausapa aku, setiap tatap matamu menyentuh hangat tatap mataku, dan setiap kau kirimkan candaan di pesan singkatmu itu. Aku percaya ini cinta. Dulu, aku takut mengartikan kata-katamu dan segala kalimat-kalimat manis itu adalah salah satu respon bahwa kau juga punya perasaan yang sama. Beberapa waktu yang lalu, aku begitu percaya diri dan begitu mempercayai bahwa kamu hanya memiliki aku, aku satu-satunya dihatimu. Namun, ternyata, akupun bisa salah. Salah mengartikan isyarat yang kau berikan. Harusnya aku menyadari bahwa terlalu tinggi jika mengharapkan kamu berada disisiku, terlalu mimpi jika menginginkan kamu menjadikanku pertama dalam hatimu, dan terlalu tolol menganggap perhatianmu yang tak hanya diberikan untukku.

Pada akhirnya aku sadar, aku hanyalah pelarian tempat kamu meletakkan kecemasan. Aku hanyalah persinggahan, ketika kamu lelah untuk berjalan. Betapa bodohnya aku bisa begitu mencintai seseorang yang bahkan meletakkan hatinya pada banyak orang, hati yang katanya hanya kamu berikan untukku

Aku tak menyangka jika orang yang begitu halus membisikkan cinta, begitu manis mengucapkan rindu, dan begitu mudah berkata sayang adalah orang yang harusnya dari awal tidak kupercayai gerak geriknya. Kamu tak tahu betapa aku begitu tergoda akan kehadiranmu. Kamu tak sadar betapa aku inginkan sebuah penyatuan, meskipun kita berbeda. Kamu tak paham betapa cinta mulai mengetuk pintu hatiku dan aku mulai mengizinkan kamu berdiam disana

Mengapa begitu mudah menjatuhkan air mata untuk kamu yang tak pernah menangisiku? Mengapa rindu begitu sialan karena menjadikanmu sosok yang paling sering kusebut dalam doa? Mengapa cinta begitu tidak masuk akal ketika perkenalan singkat kita ternyata berujung pada hal yang tak kuduga? Kau tak tahu betapa sulitnya melupakan perasaan yang sudah melekat, betapa tidak mudahnya menghilangkan kamu dari hati dan otakku. Cinta ini datang begitu mudah dan entah mengapa menghilangkan begitu susah

Sinar pesonamu, membutakan segalaku. Begitu mudah aku terjebak bayang-bayang yang kupikir nyata. Begitu gampangnya aku terjerumus pada kesemuan yang tak pernah jadi kenyataan. Harus kularikan kemana cinta yang makin dalam ini? Harus kubuang kemana rindu yang tiba-tiba sering berujung air mata ini? Haruskah aku bilang padamu?

Pertanyaan tentang perasaanku telah terjawab, walau tak kau jawab secara langsung. kau tak punya perasaan sedalam yang kuberikan, kau tak merindukanku sedalam yang sering kulakukan, dan kau memang tak ingin menjadikanku yang pertama. Ah, pernahkah kau rasakan menjadi sosok yang selalu diletakkan di nomor sekian?

Suatu saat nanti kita akan bertemu lagi dengan kebahagiaan masing-masing. Kau merangkul kekasih barumu dan memperkenalkan padaku. Aku menggenggam erat jemari kekasihku yang berhasil menghapus luka di hari-hariku. Lalu, kita menertawakan masa lalu, betapa dulu aku dan kamu pernah begitu lucu

Terima kasih untuk tawa yang kau titipkan pada setiap candaanmu di ujung malam. Sekarang, aku sadar, betapa sosok yang pernah membuatku tertawa paling kencang juga adalah seseorang yang bisa membuatku menangis paling kencang.

0 comments:

Posting Komentar

 

eLintang Wulan Template by Ipietoon Blogger Template | Gadget Review