#PART 7
Hanya saat itu Idan tidak bisa mengontrol emosinya. Setelah itu ia kembali menjadi Idan yang rasional dan berkepala dingin, yang mengurus pemakaman, menerima para tamu dan menghibur keempat kakak perempuannya dengan ketenangan yang nyaris mengerikan.
Sore harinya, saat aku tengah membantu merapikan kembali ruang tamu, kakak tertua Idan, Kak Ira, menghampiriku.
“Pit, bawa Idan pulang.”
“Apa tidak sebaiknya dia di sini dulu, Kak?”
Kak Ira menggeleng. “Coba lihat sendiri,” katanya sambil menunjuk ke halaman belakang.
Blog Archive
-
▼
2014
(22)
-
▼
Juli
(11)
- Cerbung "Setelah Kau Menikahiku" PART 7
- Cerbung "Setelah Kau Menikahiku" PART 6
- Cerbung "Setelah Kau Menikahiku" PART 5
- Cerbung "Setelah Kau Menikahiku" PART 4
- Cerbung "Setelah Kau Menikahiku" PART 3
- Cerbung "Setelah Kau Menikahiku" PART 2
- Cerbung "Setelah Kau Menikahiku" PART 1
- Point
- WE
- aku dan kamu = kita
- IKHLAS
-
▼
Juli
(11)
Kamis, 17 Juli 2014
Cerbung "Setelah Kau Menikahiku" PART 6
#PART 6
Pilihan yang sulit...
Kita tidak bisa bertemu lagi Pram,” ujarku kepada Pram di telepon. Separuh jiwaku ras anya terbang dan hilang saat kata-kata itu kuucapkan.
“Kenapa? Idan melarangmu?”
“Dia tidak tahu apa-apa.”
“Kenapa kau terus memikirkan dia, Ta. Pikirkan dirimu sendiri. Apa kau sudi menghabiskan hidupmu dengan orang yang tidak kau cintai, sedangkan denganku kau bisa mendapatkan semuanya?”
Pilihan yang sulit...
Kita tidak bisa bertemu lagi Pram,” ujarku kepada Pram di telepon. Separuh jiwaku ras anya terbang dan hilang saat kata-kata itu kuucapkan.
“Kenapa? Idan melarangmu?”
“Dia tidak tahu apa-apa.”
“Kenapa kau terus memikirkan dia, Ta. Pikirkan dirimu sendiri. Apa kau sudi menghabiskan hidupmu dengan orang yang tidak kau cintai, sedangkan denganku kau bisa mendapatkan semuanya?”
Cerbung "Setelah Kau Menikahiku" PART 5
#PART 5
Sore itu, sebelum aku pulang, kutekan nomor yang sudah kuhapal di luar kepala itu. “Kalau kau ada waktu, kita bisa melihat pameran lukisan di galeri baru dekat kantorku.”
“Kau yang menentukan apa aku punya waktu atau tidak, Ita.”
Dan esok harinya kuhabis kan bersama Pram, mendiskusikan lukisan dan benda seni, sesuatu yang lama ingin kuulangi lagi. Aku tak bisa memungkiri betapa menyenangkannya bercakap-cakap dengan Pram, membicarakan seribu satu hal yang tak pernah kusinggung saat bersama Idan. Setelah lama membicarakan masalah seni rupa, Pram tiba-tiba bertanya.
“Kenapa kau menikah dengan Idan?”
Sore itu, sebelum aku pulang, kutekan nomor yang sudah kuhapal di luar kepala itu. “Kalau kau ada waktu, kita bisa melihat pameran lukisan di galeri baru dekat kantorku.”
“Kau yang menentukan apa aku punya waktu atau tidak, Ita.”
Dan esok harinya kuhabis kan bersama Pram, mendiskusikan lukisan dan benda seni, sesuatu yang lama ingin kuulangi lagi. Aku tak bisa memungkiri betapa menyenangkannya bercakap-cakap dengan Pram, membicarakan seribu satu hal yang tak pernah kusinggung saat bersama Idan. Setelah lama membicarakan masalah seni rupa, Pram tiba-tiba bertanya.
“Kenapa kau menikah dengan Idan?”
Cerbung "Setelah Kau Menikahiku" PART 4
#PART 4
Ketika aku terbangun esok paginya, Idan menyambutku dengan baki sarapan pagi dan senyum lebar. Ia membantuku ke kamar mandi dan aku tidak memprotes ketika ia memintaku untuk tidak mengunci pintu. Ia telah menyediakan bangku di dekat wastafel agar aku tak perlu berdiri saat menggosok gigi. Di rak ia telah menyediakan pakaian bersih untukku dan bahkan meletakkan bedak dan sisirku, hingga saat aku keluar dari kamar mandi, aku merasa jauh lebih segar dan hidup. Ketika aku kembali ke kamar, aku melihat spreiku telah diganti, mejaku telah rapi kembali dan bunga di dalam vas di dekat tempat tidurku telah diganti dengan yang baru. Ketika Idan duduk di pinggir ranjangku, menambahkan gula pada susu cokelatku dan mengupaskan telur sarapan pagiku, aku hampir menangis karena terharu.
Ketika aku terbangun esok paginya, Idan menyambutku dengan baki sarapan pagi dan senyum lebar. Ia membantuku ke kamar mandi dan aku tidak memprotes ketika ia memintaku untuk tidak mengunci pintu. Ia telah menyediakan bangku di dekat wastafel agar aku tak perlu berdiri saat menggosok gigi. Di rak ia telah menyediakan pakaian bersih untukku dan bahkan meletakkan bedak dan sisirku, hingga saat aku keluar dari kamar mandi, aku merasa jauh lebih segar dan hidup. Ketika aku kembali ke kamar, aku melihat spreiku telah diganti, mejaku telah rapi kembali dan bunga di dalam vas di dekat tempat tidurku telah diganti dengan yang baru. Ketika Idan duduk di pinggir ranjangku, menambahkan gula pada susu cokelatku dan mengupaskan telur sarapan pagiku, aku hampir menangis karena terharu.
Cerbung "Setelah Kau Menikahiku" PART 3
#PART 3
Meski sudah bersikap menyebalkan, Puspita tidak berhasil membuat Idan marah. Pria itu malah bersikap sangat manis.
Wajah Idan benar-benar merah sekarang. “Upit! Jangan main-main denganku! Aku tidak mau kau menolak pergi jalan-jalan lalu menghukumku dengan cemberut sepanjang hari begini. Mandi sekarang. Kita pergi setengah jam lagi.”
“Aku bukan budakmu. Jangan suruh-suruh aku. Dan aku tetap tak mau pergi”
“Oke. Terserah! Kalau kau mau duduk di sini seharian, makan es krim dan cokelat sambil mengasihani diri sendiri dan melar dan melar dan melar dan melar….”
Meski sudah bersikap menyebalkan, Puspita tidak berhasil membuat Idan marah. Pria itu malah bersikap sangat manis.
Wajah Idan benar-benar merah sekarang. “Upit! Jangan main-main denganku! Aku tidak mau kau menolak pergi jalan-jalan lalu menghukumku dengan cemberut sepanjang hari begini. Mandi sekarang. Kita pergi setengah jam lagi.”
“Aku bukan budakmu. Jangan suruh-suruh aku. Dan aku tetap tak mau pergi”
“Oke. Terserah! Kalau kau mau duduk di sini seharian, makan es krim dan cokelat sambil mengasihani diri sendiri dan melar dan melar dan melar dan melar….”
Cerbung "Setelah Kau Menikahiku" PART 2
#PART 2
Sebulan pertama Upit berusaha mengerti kebiasaan Idan menghabiskan akhir pekan dengan memancing. Di minggu kelima dia protes, dan mereka bertengkar. Pertengkaran terhebat yang pertama.
Tiga hari pertamaku sebagai istri Idan —simulasi— kulewatkan di rumahku sendiri. Tiga hari berikutnya dilewatkan di rumah Idan, karena kondisi ibunya, yang memang telah sangat lama sakit, memburuk; mungkin
karena ketegangan yang disebabkan persiapan acara pernikahanku dengan Idan. Pada hari ketujuh kami pindah ke rumah milik Idan sendiri. Dan setelah seharian menata perabotan, memasang tirai dan beragam pajangan, malam itu kami lewati dengan tidur.
Sebulan pertama Upit berusaha mengerti kebiasaan Idan menghabiskan akhir pekan dengan memancing. Di minggu kelima dia protes, dan mereka bertengkar. Pertengkaran terhebat yang pertama.
Tiga hari pertamaku sebagai istri Idan —simulasi— kulewatkan di rumahku sendiri. Tiga hari berikutnya dilewatkan di rumah Idan, karena kondisi ibunya, yang memang telah sangat lama sakit, memburuk; mungkin
karena ketegangan yang disebabkan persiapan acara pernikahanku dengan Idan. Pada hari ketujuh kami pindah ke rumah milik Idan sendiri. Dan setelah seharian menata perabotan, memasang tirai dan beragam pajangan, malam itu kami lewati dengan tidur.
Cerbung "Setelah Kau Menikahiku" PART 1
#PART 1
Puspita tak percaya pada lembaga pernikahan, namun tantangan Idan untuk membuktikannya tak bisa ditolak. Maka mereka pun melakukan simulasi pernikahan.
Idan tertawa. “Ibumu menanyakan calonmu lagi?” Aku mengangguk cemberut.
“Apa jawaban mu kali ini?” godanya.
“Aku tidak menjawab. Aku langsung meninggalkan ruang makan dan masuk ke kamar.”
Idan terbahak. “Kau kekanak-kanakan,” katanya.
“Habis jawaban apalagi yang mesti kuberikan, Dan? Aku sudah kehabisan alasan, kehabisan stok bohong. Dan ibuku malah makin gencar menteror.”
Idan tersenyum. “Kau benar-benar seperti anak-anak. Kalau kau jadi ibumu, apa kau tidak akan blingsatan kalau anakmu belum juga menikah pada usia tiga puluh tiga.”
Minggu, 13 Juli 2014
Point
aku hanya berfokus pada satu titik
titik biasa yang selalu ku pandang sangat indah
aku tak bisa berpaling dari titik itu sedikitpun
aku selalu berfokus padanya bahkan tak pernah sekalipun mataku berkedip dari pandangan kepadanya
aku takut jika titik itu tiba-tiba menghilang saat aku menutup mataku
mataku sangat pedih tapi aku selalu berusaha memandangnya dan tak ku hiraukan betapa sakitnya mataku ini..
kadangkala titik itu kurasakan sangat dekat denganku, tapi tetap tak ku pejamkan mataku
karena sekali lagi.. aku takut titik itu meninggalkanku
titik biasa yang selalu ku pandang sangat indah
aku tak bisa berpaling dari titik itu sedikitpun
aku selalu berfokus padanya bahkan tak pernah sekalipun mataku berkedip dari pandangan kepadanya
aku takut jika titik itu tiba-tiba menghilang saat aku menutup mataku
mataku sangat pedih tapi aku selalu berusaha memandangnya dan tak ku hiraukan betapa sakitnya mataku ini..
kadangkala titik itu kurasakan sangat dekat denganku, tapi tetap tak ku pejamkan mataku
karena sekali lagi.. aku takut titik itu meninggalkanku
Selasa, 08 Juli 2014
WE
Dear God...
the only thing I ask of You is to hold him when I'm not arround...
ku harap waktu tak cepat berlalu bahkan aku berharap waktu akan berhenti walaupun untuk sebentaaaar saja.
Tapi aku hanya manusia biasa, tak berdaya...
aku tau waktu terus berjalan, bahkan waktu terasa berlari, mungkin dia lagi naik kereta, bahkan mungkin si waktu lg naik buroq...
the only thing I ask of You is to hold him when I'm not arround...
ku harap waktu tak cepat berlalu bahkan aku berharap waktu akan berhenti walaupun untuk sebentaaaar saja.
Tapi aku hanya manusia biasa, tak berdaya...
aku tau waktu terus berjalan, bahkan waktu terasa berlari, mungkin dia lagi naik kereta, bahkan mungkin si waktu lg naik buroq...
Jumat, 04 Juli 2014
aku dan kamu = kita
kita sama-sama berjuang..
diwaktu yang sama
walaupun ada ditempat yang berbeda..
tak perlu jadikanku prioritasmu,
atau menjadikanku sebagai bebanmu..
karena aku masih belum menjadi kewajibanmu..
diwaktu yang sama
walaupun ada ditempat yang berbeda..
tak perlu jadikanku prioritasmu,
atau menjadikanku sebagai bebanmu..
karena aku masih belum menjadi kewajibanmu..
Selasa, 01 Juli 2014
IKHLAS
harus ku akui ..
tak ada yang sepertimu
mereka semua sama,, tak bisa menghargai apa yang seharusnya dijaganya..
tak ada yang sepertimu..
tentu saja..
kamu terlalu baik untukku
lalu apa yang harus ku lakukan?
mengharapkanmu tentu saja itu sudah tak boleh lagi..
mengenangmu hanya akan menambah lukaku..
tapi kamu dengan semua kebaikanmu itu harus aku kemanakan?
ku masih menyayangimu,
berharap ada orang lain yang menyayangiku lebih dari rasa ini..
ajari aku ikhlas..
agar aku bisa merelakanmu
agar aku bisa mencintai dan menemukan yang seharusnya aku cinta..
semoga kamu bahagia bersamanya..
aku akan terus belajar untuk mengikhlaskanmu..
al-
tak ada yang sepertimu
mereka semua sama,, tak bisa menghargai apa yang seharusnya dijaganya..
tak ada yang sepertimu..
tentu saja..
kamu terlalu baik untukku
lalu apa yang harus ku lakukan?
mengharapkanmu tentu saja itu sudah tak boleh lagi..
mengenangmu hanya akan menambah lukaku..
tapi kamu dengan semua kebaikanmu itu harus aku kemanakan?
ku masih menyayangimu,
berharap ada orang lain yang menyayangiku lebih dari rasa ini..
ajari aku ikhlas..
agar aku bisa merelakanmu
agar aku bisa mencintai dan menemukan yang seharusnya aku cinta..
semoga kamu bahagia bersamanya..
aku akan terus belajar untuk mengikhlaskanmu..
al-
Langganan:
Postingan (Atom)