Cinta adalah anugerah. Sebuah misteri yang bisa datang amat
tiba-tiba. Sebuah rasa ketertarikan terhadap lawan jenis yang tidak
biasa, tanpa diduga, dan bisa hadir begitu saja. Sebuah perasaan yang
aku sendiri tak tahu mengapa hinggap di hatiku. Entah bagaimana cinta
ini bermula.
Suami, seorang pria yang telah Allah berikan kedudukan amat mulia
dalam sebuah keluarga. Ia harus dipatuhi oleh istri, sehebat apapun
jabatan istri di luar rumah. Seorang suami adalah qawwam, nahkoda
mahligai rumah tangga. Bagaimana sebuah pernikahan dan rumah tangga
dibentuk, semua amat tergantung desain seorang suami. Ia Allah anugerahi
kewenangan untuk mengatur istri, sekaligus kewajiban berat mendidik,
membina dan membimbing istri agar menjadi wanita shalihah. Satu lagi
kehebatannya, anugerah Allah yang sungguh tidak tertandingi, adalah
haknya untuk ditaati istri dan mengubah “takdir” seorang wanita yang
telah menjadi istrinya. Dalam sekejap seorang wanita yang berstatus
istri, bisa berubah menjadi janda atau sebaliknya melalui talaq dan
rujuk.
Suamiku kekasih hatiku. Tak berlebihan kiranya dan wajib digenggam
erat oleh seorang istri. Ketika seorang wanita telah berpredikat menjadi
seorang istri, sudah seharusnya menempatkan lelaki yang telah
menikahinya, sebagai satu-satunya pria dalam hatinya. Melupakan
perjalanan masa lalu yang mungkin telah menghadirkan beberapa pria dalam
hidup, sebelum akhirnya Allah mempertemukan dengan orang yang tepat,
yang bertitel suami.
Suami, hanya ia satu-satunya pria yang boleh dicintai istri. Hanya
suami satu-satunya tempat berlabuhnya cinta. Tutup rapat-rapat semua
pintu untuk cinta yang lain. Hanya dengan cinta, seorang istri akan
ikhlas untuk menaati suaminya. Akan ridha untuk menjalankan seluruh
kewajiban sebagai istri. Senantiasa memenuhi setiap hak suami dengan
penuh ketulusan, dan menjadikan suami sebagai tempatnya mengabdi untuk
meraih surga-Nya.
Ketika seseorang telah menjadi suami, berarti ia adalah lelaki yang
telah Allah pilih untuk istri cintai. Tak ada tawar menawar. Karena
cinta yang akan membuat rela seorang istri menyerahkan diri sepenuhnya
pada suami. Cintalah sumber kekuatan istri untuk berbakti, melepas
segala ego yang ada pada dirinya. Sebab cinta itu membahagiakan. Ingin
orang yang dicintai selalu tersenyum, dan hatinya tenteram. Cinta itu
menenangkan hati, jauh dari menyebabkan orang yang dicintai gundah
gulana dan merasa tidak nyaman.
Cinta pada pria (suami) pilihan Allah adalah ibadah, bernilai pahala.
Akan semakin mengokohkan sakinah, menyuburkan mawaddah warahmah.
Sebaliknya, mencintai pria yang bukan suaminya adalah terlarang, bukan
pada tempatnya. Hanya akan semakin memudarkan ikatan di antara suami
istri. Sungguh akan sangat tidak elok, jika di hati seorang istri ada
pria lain selain suaminya. Dan yang pasti, setan akan senang
pekerjaannya mengendorkan bahkan memutus ikatan sepasang suami istri
berhasil.
Cinta, menjadi senjata paling ampuh bagi setan untuk menjerumuskan
manusia ke lubang kehinaan. Makhluk terkutuk ini sangat lihai memainkan
perasaan manusia. Terhadap sepasang anak manusia yang tidak dalam ikatan
yang halal, dihembuskannya cinta agar semakin menggebu. Tujuannya
jelas, agar keduanya saling rindu, ingin selalu berdekatan dan memenuhi
hasrat cinta dengan melakukan perbuatan terlarang. Sebaliknya terhadap
sepasang suami istri, setan memainkan rasa cinta untuk cemburu buta,
berprasangka bahkan membenci hingga keduanya saling menjauh bahkan
terpisah.
Perwujudan cinta sesungguhnya ada dalam ranah pilihan manusia.
Perilaku kita yang akan menunjukkan apakah cinta itu karena Allah semata
atau hanya mengikuti hawa nafsu. Cinta adalah anugerah sekaligus ujian.
Cinta karena Allah, tak mungkin ditunjukkan dengan cara yang Allah
larang dan murkai. Cinta karena Allah, memastikan setiap langkah sesuai
dengan tuntunan-Nya. Cinta karena Allah, tak mungkin membiarkan hati
berselingkuh sekalipun hanya dalam lintasan. Oleh karena itu, cinta pada
suami dan pada siapapun mereka yang memang tuntunan syara membolehkan
untuk dicintai, adalah harus karena Allah semata.
Cinta karena Allah itu tulus, tak mengharapkan pamrih apapun.
Menjadikan cinta pada suami sebagai satu-satunya cinta adalah sebuah
keindahan, yang akan Allah balas dengan berbagai kenikmatan dunia
akhirat. Perselisihan yang terjadi di antara sepasang makhluk-Nya dalam
ikatan halal, akan semakin menguatkan cinta. Perbedaan pendapat dalam
sebuah mitsaqan ghalizha, akan menambah kemesraan keduanya. Namun satu
hal yang harus tetap dipegang oleh setiap anak manusia adalah menjadikan
muara cinta hanya pada Allah saja, tak boleh cinta pada makhluk
melebihi cinta pada Sang Pemberi Cinta.
Semoga suamiku kekasih hatiku, adalah ungkapan terdalam dari hati
seorang istri, yang mengalir dalam ucapan, perasaan, pikiran dan
tindakan nyata, bukan hanya sebuah kata tanpa makna. Suamiku kekasihku
menjadi denyut dan nafas cinta dalam hidup seorang istri. Semoga cinta
kita pada suami, sebagai satu-satunya cinta dalam hati akan membawa kita
pada keridhaan suami, yang akan mengantarkan kita menuju surga-Nya.
Aamiin.
source :
http://www.dakwatuna.com/2013/10/23/41079/suamiku-kekasih-hatiku/
0 comments:
Posting Komentar